KONSENTRASI SUATU LARUTAN
(Laporan Praktikum Kimia Analitik)
Oleh
Cindy Sannia Wulandari
1614051011
Kelompok 2
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen
antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun
ion yang komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian kecil solute,
relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang
mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent
(pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Defenisi lain dari pengenceran diartikan pencampuran
homogen yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan.
Satuan konsentrasi yang biasanya diencerkan adalah molar, normal, dan persen
(Baharuddin dan Azis, 2013). Untuk meramalkan sifat larutan tidak dapat
langsung dari sifat komponennya, karena dalam campuran terdapat banyak
interaksi antara komponen penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model
larutan sebagai standar untuk mengungkapkan hubungan antara komposisi dengan
sifat larutan. Model larutan yang banyak dipakai adalah larutan ideal (Yazid,
2005).
Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
konsentrasi pada suatu larutan.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 4 Oktober 2017 pukul 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Pengujian Mutu Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
2.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Labu Ukur, Lemari Asam, Pipet Volumetrik, dan
Gelas Beaker.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuades, HCl, dan NaOH.
2.3 Diagram Alir
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Perhitungan
3.2 Pembahasan
Perlakuan
pada percobaan pembuatan HCl adalah membilas pipet skala dengan dengan aquades
(H2O) fungsinya agar suasana dalam pipet netral. Memipet HCL sebanyak 0,8 ml
HCl pekat sesuai dengan perhitungan, yang awalnya dihitung terlebih dahulu molalitas
kemudian molaritas dan akhirnya bisa menentukan volume yang dibutuhkan lalu memasukkan
kedalam labu takar yang sudah dibilas dengan aquades (H2O) dan sudah diberi aquades (H2O),
menghimpitkan sampai tanda batas, dan menghomogenkan agar larutan tercampur
dengan sempurna. Aquades dimasukkan ke dalam labu ukur sampai mencapai 100 mL.
Sedangkan perlakuan pada percobaan pembuatan NaOH adalah menimbang NaOH sebanyak
4 g sesuai dengan perhitungan yang dilakukan. NaOH dihomogenkan di gelas beaker
yang selanjutnya di tuangkan ke labu ukur. Gelas beaker dibilas sampai
Sifat
fisik dan kimia Natrium Hidroksida (NaOH) yaitu sifat fisikanya berbentuk putih
padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50%, bersifat lembab cair, sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, titik leleh 318oC, titik didih 1390oC, NaOH Membentuk basa
kuat bila dilarutkan dalam air, densitas NaOH adalah 2,1 gr/ml, dan sifat
kimianya yaitu dengan larutan natrium hidroksida (HCl) Asam klorida dinetralkan
dimana akan terbentuk garam dan air NaOH + HCl NaCl + H2O.
Sedangkan Hidrogen klorida( HCl ) mempunyai rumus HCl. Pada suhu kamar, HCl adalah gas
tidak berwarna yang membentuk kabut putih
ketika melakukan kontak dengan kelembaban udara. Rumus HCl seringkali
digunakan untuk menyebut zat ini, walaupun tidak tepat, ditulis dan disebut
untuk merujuk pada asam klorida.
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
(HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung.
Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus
ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang
sangat korosif (Sukardjo, 2005).
Menurut
(Baroroh,2004) untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam
sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan
konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta
ditambah dengan persen massa dan persen volume.
Untuk
membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
1. Apabila
dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum
atau massa larutan yang akan dibuat.
2. M1.V1 = M2.V2
Apabila
larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan
satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan
sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :
M1 :
Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 :
Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 :
Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 :
Volume larutan atau massa setelah diencerkan
(Baroroh,2004).
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan pada
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. NaOH yang diperlukan
untuk membuat larutan NaOH 1 M 100 mL adalah 4 g.
2. Larutan HCl pekat
yang dibutuhkan untuk membuat larutan HCl 1 M 100 mL adalah 0,83 mL.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin,
Maswati. dan Azis, Fitria. 2013. Modul
Manajemen Laboratorium.
Jurusan Kimia UIN Alauddin Makassar.
Makassar.
Baroroh,
Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas
Lambung
Mangkurat. Banjar Baru.
Harwood.2008.
Buku Ajar Fitokimia. Airlangga
University Press. Surabaya.
Sukardjo.
2005. Evaluasi Pembelajaran Diktat mata kuliah evaluasi
pembelajaran. UNY. Yogyakarta.
Yazid,
Estien. 2005. Kimia Fisik untuk Paramedis.
Andi. Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar